Menjadi Umat Terbaik seperti dalam Q.S. Ali Imran 110

Menjadi Umat Terbaik seperti dalam Q.S. Ali Imran 110

Di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110, Allah menyampaikan sebuah kabar yang seharusnya membuat bangga kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan bahwa kita adalah umat terbaik (khaira ummah).

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”



Namun, Benarkah Kita Yang Disebut “Umat Terbaik” Itu?

Benarkah Kita Yang Disebut “Umat Terbaik” Itu?

Sohib Solutif, betapa seringnya Allah memberi kita amanah untuk menyeru perbuatan makruf (kebaikan), mencegah yang mungkar (kejahatan), sekaligus memperkuat keimanan kepada-Nya.

Jadi, sebagai orang Islam, kita wajib meyakini bahwa memang kitalah yang dimaksud sebagai umat terbaik dalam ayat itu.

Andai pun kita belum pantas menyandang gelar tersebut saat ini, dengan ketiga tugas itu, insyaAllah kita dapat segera menjadi umat terbaik. Perhatikan kembali ayat di atas, ketiga tugas tersebut adalah:

  1. Menyuruh kepada makruf. Sarannya, ajaklah sesama untuk melakukan kebaikan dan selalu mengingatkan tentang nilai-nilai kebenaran. Baik di bidang agama (ukhrawi), akhlak, maupun untuk hal-hal duniawi.
  2. Mencegah kemungkaran. Jangan diam saat melihat kesalahan. Beranilah untuk menegur dengan cara yang santun dan penuh kasih. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka tegurlah dengan tangannya (kekuasaannya). Jika tidak mampu, maka tegurlah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka tegurlah dengan hati. Namun, ini adalah keimanan terlemah."
  3. Beriman kepada Allah. Keimanan yang kuat menjadi fondasi utama untuk menjalankan kedua tugas di atas. Semua perbuatan kita selalu didasarkan pada kesadaran penuh bahwa kita adalah makhluk-Nya, Ia ada dan Maha Berkehendak. Konsekuensinya, kita siap menjalankan apapun perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Ketika ketiga tugas itu terus kita jalankan, cepat atau lambat, terciptalah individu-individu yang lebih baik di sekitar kita. Berikutnya, terciptalah masyarakat yang baik. Dan pada gilirannya, benar-benar terciptalah umat terbaik itu.

Sayangnya, karena masih banyak muslim yang belum konsisten melakukan ketiga hal di atas, mungkin klaim Islam sebagai umat terbaik belum terbukti di lapangan, terutama dari kacamata orang-orang nonmuslim.

Bagaimanapun, Islam Punya Standar dan Struktur Baku

Islam Punya Standar dan Struktur Baku

Tidak ada satu agama atau organisasi apapun pun di dunia ini yang sebesar dan sekompleks Islam. Contoh sederhana, Sohib Solutif, lihatlah penyelenggaraan haji setiap tahun. Jutaan orang berkumpul selama sekitar satu bulan.

Acara apa yang bisa menandingi itu? Konser musik? Kampanye politik? Piala Dunia (ajang tertinggi industri sepak bola)? Masih jauh, Sohib Solutif!

Hebatnya lagi, di jalan-jalan umum Mekah atau Madinah, setelah terdengar ikamah, jutaan orang langsung berbaris rapi, berdampingan meskipun mereka tidak saling kenal. Tidak ada yang mengarahkan dan tidak ada ribut-ribut, semua berbaris lurus, rapat, diam, dalam hitungan detik. MasyaAllah!

Kekompakan itu bukan hanya terjadi di Arab Saudi, melainkan juga di umumnya masjid-masjid di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan betapa umat Islam memiliki standar baku yang luar biasa dalam beribadah. Iman terhadap agama inilah yang memungkinkan keteraturan, kedisiplinan, dan rasa kebersamaan tersebut.

Agama mana yang mampu bergerak masif dan kompak seperti ini? Tidak ada.

Belum lagi kalau bicara kekompakan hati dan pemikiran. Meskipun Islam juga terdiri dari berbagai aliran, tetapi setiap muslim cenderung memiliki perasaan yang sama saat menyikapi isu-isu besar. Misalnya, tentang kezaliman zionis Israel, pelecehan terhadap Al-Qur’an, dan sebagainya.

Seorang mantan kickboxer dunia, Andrew Tate, pernah mengatakan bahwa tidak ada agama lain yang konsisten dengan batasan-batasannya selain Islam.

Menurut penganut Katholik yang menjadi mualaf sekitar Oktober 2022 ini, jika seseorang menghina Yesus, penghinanya mungkin bisa dengan tetap tenang berjalan di Vatikan, pusat umat Katholik. Namun, jika orang itu menghina Nabi Muhammad, ia mungkin sudah akan terbunuh keesokan harinya.

Bukan kekerasannya yang Andrew kagumi, tetapi kekompakan dan konsistensi umat Islam dalam menjalankan nilai-nilai agamanyalah yang ia puji.

“Jika Anda menoleransi segalanya, maka Anda tidak berarti. Sebanyak 99% orang Kristen mengabaikan setiap aturan dalam Alkitab, setiap hari. Mereka akan mencoba dan mengatakan bahwa mereka menafsirkannya secara berbeda. Hanya muslim yang mengikuti kitab suci mereka,” pungkas pria kontroversial tersebut.

Umat Terbaik untuk Peradaban yang Rahmatan lil ‘Alamin

Umat Terbaik untuk Peradaban yang Rahmatan lil ‘Alamin

Namun, di balik kehebatan dalam ibadah dan kebersamaan, timbul pertanyaan mendasar, Sohib Solutif: bagaimana dengan kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan? Kita tidak bisa mengklaim “terbaik” jika itu tidak terlihat juga dalam hal-hal yang bersifat universal, bukan?

Dahulu, umat Islam pernah memimpin peradaban dunia selama berabad-abad. Sayangnya, sekarang kitalah yang tertinggal. Teknologi di segala lini dikuasai oleh orang-orang nonmuslim.

Maka, jangan puas dan terlena dengan pemberian predikat khaira ummah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Q.S. Ali Imron 110. Masih banyak yang perlu kita buktikan dan perjuangkan.

Kita, salah satunya, harus terus berinovasi dan berusaha agar, minimal, tidak terlalu tertinggal dari kemajuan duniawi kaum nonmuslim.

Tentunya, inovasi yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan hal-hal duniawi, bukan dalam aturan-aturan agama atau ibadah yang sudah sempurna. Berinovasi dalam hal ibadah khusus (mahda) adalah bidah, dan tidak ada manfaatnya dalam kemajuan peradaban dunia.

InsyaAllah, jika dalam hal-hal duniawi kaum muslimin bisa membuktikan prestasi dan kontribusi, umat lain pun akan mengakui bahwa kita memang umat terbaik.

Ya, kita, kaum muslimin adalah umat terbaik.

Ingatlah itu saat bertemu dengan orang Jepang, Cina, bule, atau penganut agama lain yang mungkin status sosialnya di atas kita. Jangan pernah merasa minder. Tunjukkan bahwa kita bangga dengan identitas kita, tetapi tetap bisa saling menghargai dan bersosialisasi tanpa kesombongan. Tunjukkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Sekali lagi, umat terbaik adalah mereka yang senantiasa menyeru kepada kebaikan, mencegah kejahatan, dan beriman dengan sepenuh hati kepada Allah. Standar baku dalam Islam sudah menjadi jalan menuju ke sana. Tinggal kita lanjutkan dan kembangkan.