Orang yang sudah tua rentan mengalami depresi. Begitu pula orang tua atau mertua kita. Namun sebagai anak yang berbakti, kita sebenarnya bisa menguranginya. Salah satunya dengan berolahraga. Bagi orang-orang yang lanjut usia, tetap aktif secara fisik adalah kunci untuk tetap sehat dan bugar. Kondisi tubuh yang sehat serta bugar ini merupakan prasyarat untuk bebas depresi.
Olahraga membuat tubuh kita, di usia berapa pun, bertambah kuat. Ingat, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim).
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
Karena itu, Sohib Solutif, alangkah baiknya bila kita secara rutin memotivasi orang tua atau mertua kita untuk terus berolahraga. Bukan hanya memotivasi, melainkan juga turut serta menemaninya.
Lansia Bebas Depresi dengan Rutin Berolahraga
Persoalannya, olahraga apa yang tepat buat lansia? Bukankah semakin berumur seseorang, semakin sulit menemukan jenis olahraga yang pas buatnya?Tidak, Sohib Solutif!
Semua olahraga yang bisa seseorang lakukan saat masa mudanya, bisa pula dilakukan saat masa tuanya. Asalkan porsi dan intensitasnya disesuaikan. Bahkan, jenis olahraga berat ternyata bagus juga untuk manula. Silakan saja orang tua Anda beraerobik, angkat beban, berlari, bersepeda, renang, atau tenis.
Hasil penelitian yang diterbitkan Medicine and Science in Sports and Exercise baru-baru ini memperteguh kesimpulan tersebut. Para peneliti memeriksa data dari 12.591 orang dewasa pada Aerobics Center Longitudinal Study selama dua dasawarsa.
Salah satu kesimpulannya, latihan angkat beban dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Mengangkat beban kurang dari satu jam setiap minggu dapat mengurangi risiko penyakit jantung atau stroke pada usia 40 tahun ke atas hingga 70%.
Menurut peneliti utama, Duck-chul Lee, latihan angkat berat dan penguatan otot manfaatnya lebih besar dari sekadar menjaga kesehatan kardiovaskular. “Latihan semacam ini bagus untuk kesehatan tulang mereka, fungsi fisik, kemandirian, dan kualitas hidup,” tandas profesor kinesiologi di Iowa State University itu.
Orang yang rajin berolahraga cenderung lebih kebal terhadap depresi. Nah!
Kegiatan Seni dan Budaya Juga Perlu untuk Redam Depresi
Hasil penelitian yang lain di bidang psikologi baru-baru ini juga diumumkan. Tim penelitinya dari University College London, Inggris. Studi yang melibatkan 2.000 orang berusia minimal 50 tahun ini menyimpulkan, bahwa ada hubungan antara kemungkinan depresi dan keterlibatan lansia dalam kegiatan terkait seni-budaya.Penelitian yang memakan waktu sekitar 10 tahun itu menyebutkan kunjungan rutin manula ke kegiatan seni, pertunjukan, pameran, museum, dan sebagainya dapat mengurangi kemungkinan depresinya. Bukan hanya di tataran pengurangan, Sohib Solutif, tetapi juga pencegahan.
Orang-orang yang menyisihkan waktunya untuk mendatangi dan menikmati tempat-tempat seni-budaya beberapa bulan sekali, masih berdasarkan penelitian tersebut, risiko depresinya 32% lebih rendah. Sedangkan mereka yang berkegiatan serupa sebanyak sebulan sekali atau lebih, ternyata memiliki risiko 48% lebih rendah.
Bagaimana penjelasannya?
Menurut tim peneliti, kegiatan budaya menawarkan manfaat yang signifikan bagi mental. “Kekuatan kegiatan budaya terletak pada kombinasi interaksi sosial, kreativitas, rangsangan mental, dan sedikit aktivitas fisik,” terang Daisy Fancourt, salah seorang peneliti. Dia juga menambahkan, tidak ada perbedaan mencolok antara mereka yang kaya atau miskin.
Jadi, Sohib Solutif, bila ingin orang tua Anda tetap sehat, bahagia, dan jauh dari depresi, olahraga saja tidak cukup. Kita perlu rutin juga mengajak mereka menikmati kegiatan-kegiatan seni dan budaya.
Bagaimana hukumnya secara syar'i? Pada dasarnya semua itu boleh. Dalam hadis sahih dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Mahaindah dan mencintai keindahan.”
إن الله جميلٌ يحب الجمال
Namun, hati-hati, tidak semua. Bila kegiatan seni atau budaya itu pernah dilarang dalam Alquran atau hadis, sebaiknya jauhi. Contohnya, acara-acara yang mempertontonkan aurat, gambar/lukisan/patung tiruan makhluk bernyawa, joget-joget, dan semacamnya. Jika kebetulan hal-hal itu dulu diyakini pernah digunakan untuk menyebarkan Islam, ingatlah, masa-masa itu telah berlalu.
Sebagai gantinya, bukankah masih banyak acara-acara pengajian, majelis taklim, seminar keilmuan/keprofesian, pameran budaya dan buku islami, bahkan film-film umum yang tidak menabrak-nabrak larangan Islam? Mari ajak orang tua atu mertua kita ke sana. Selain, jangan lupa, rutin berolahraga. Insyaallah, orang tua kita, bahkan kita sendiri, bebas dari depresi.
- Penulis: Karina