"Celakalah budak (hamba) dinar, celakalah budak (hamba) dirham, celakalah budak (hamba) khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wol/sutera). Jika diberi, dia senang. Tetapi jika tidak diberi, dia marah." (HR. Bukhari)Sekali tepuk, dua nyamuk didapat. Barangkali peribahasa itu sangat cocok untuk hadis sahih di atas. Setidaknya, ada tiga orang yang tersindir dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Pertama, kita yang suka mengejar harta dunia. Siang-malam, kita mencari materi. Tidak ada yang salah dari situ, sebenarnya. Yang salah adalah ketika kita sampai menabrak batas-batas harta haram dan syubhat: korupsi, riba, jualan barang yang secara hukum termasuk haram, dan sebagainya.
Kedua, kita yang suka berlomba-lomba keren dalam pakaian. Tidak ada yang salah juga dari situ. Yang salah adalah ketika kita menjadi mubazir (banyak pakaian tapi sedikit yang dipakai), memilih fesyen yang mengumbar aurat, ketat, menerawang, jilbab punuk unta, lelaki mengenakan emas, dan sebagainya.
Ketiga, kita yang jika meminta dari Allah dan Allah memberinya, kita rida. Namun jika Allah tidak memberinya, kita marah dan mutung. Seandainya tidak diberi rezeki berlebih, kita berhenti beramal dengan alasan, "Beramal pakai apa? Duit tidak ada!"
Jangan mau jadi ketiga orang yang disindir dalam hadis ini, Sohib Solutif. Ingat, Nabi Muhammad sampai mengatakan "celaka" bagi orang-orang seperti ini.
Ingat pula bahwa Rasulullah menggunakan istilah “budak” atau “hamba” di sini. Artinya, jika melakukannya, kita berpotensi menjadi hamba uang dan hamba pakaian. Itu akan menjerumuskan kita menjadi kaum musyrik yang menghamba kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Insyaallah kita semua tahu, dosa syirik itu besar sekali, bahkan tak terampuni.
Naudzubillah min dzalik. Semoga kita tidak termasuk di antara mereka. Atau jika merasa masih, semoga kita dimudahkan hijrah dari hal-hal celaka semacam ini sebelum hidup kita jatuh tempo.
- Penulis: Brahmanto Abu Hanifa