Tidak semua permukaan bumi ini dihuni oleh muslim, Sohib Solutif. Padahal, ada kalanya (kalau tidak bisa dibilang sering) kita tergoda untuk menginjakkan kaki kemana pun tempat-tempat indah dan unik berada. Jika tempat itu bukan daerah muslim, yang menjadi problem tentu saja, “Bagaimana aku makan nanti?”
Apa makanan di sana halal? Bagaimana kalau makanan itu bercampur dengan babi, alkohol, dan hal-hal yang diharamkan lainnya? Bagaimana kalau daging yang dijual asalnya dari hewan yang tidak disembelih dengan menyebut “bismillah”?
Lebih parah lagi, bagaimana kalau matinya hewan ini tidak disembelih? Melainkan dipukul, ditusuk, ditenggelamkan, disetrum, digas, disuntik, dan berbagai metode modern lain (yang konon dilakukan supaya binatang itu tidak menderita saat dibunuh) yang tidak sesuai syariat?
Ya, akan ada banyak makanan haram, atau minimal syubhat, di wilayah nonmuslim, Sohib Solutif.
Penulis sendiri pernah merasakan repotnya mencari makanan halal di Bali, Singapura, dan Jerman. Namun alhamdulillah, selalu ada jalan untuk mengantisipasinya. Inilah langkah-langkah yang bisa dilakukan:
(1) Bawalah Makanan Sendiri
Terutama daging-dagingan. Ini adalah cara yang paling aman dan gampang. Namun jelas akan merepotkan. Mungkin bila kita menginap 2-3 hari, alternatif ini masih bisa diterapkan. Tetapi bagaimana bila seminggu, sebulan, atau bahkan bertahun-tahun?(2) Cari Penjual Sea-food
Tempat makan yang khusus menyediakan makanan laut (sea-food) relatif aman. Sebab, apapun yang dari laut itu halal, tidak peduli bagaimana cara mati hewan tersebut dan binatangnya bertaring atau tidak.“Air laut suci dan hewan yang hidup di air bangkainya halal.” (HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Al-Albani)
(3) Cari Tempat Makan Vegetarian
Secara umum, tidak ada sayur-sayuran atau buah-buahan yang haram. Jadi, Anda bisa mengonsumsinya tanpa keraguan. Tinggal mencari cara agar jangan sampai minuman Anda mengandung alkohol (dan ini biasanya relatif mudah).(4) Makanlah di Mana Saja, Tetapi Selektiflah
Jika ragu dan sudah terdesak, misalnya sangat lapar dan untuk bepergian mencari makanan halal sudah tidak memungkinkan, makanlah apa yang ada di sekitar. Namun, prioritaskan sayur, buah, makanan laut, roti, kue, mie instan, atau telur. Hindari makan daging-dagingan atau yang bercampur dengan daging selain hewan dari laut.(5) Carilah Penjual Muslim
Ketika di Jerman, penulis selalu mencari depot yang dimiliki orang Turki. Ketika di Bali dan berada di daerah Hindu dominan (ada juga daerah Islam dominan di sana meski sedikit saja), penulis berusaha mencari penjual makanan yang tidak terlihat sesajen di depannya dan penjualnya dari Jawa (biasanya orang Banyuwangi atau Madura).Berkomunikasilah dengan mereka. Tanyakan dengan sopan, “Mohon maaf sebelumnya, Bu, saya muslim. Mencari makanan yang halal. Apakah di sini menunya sesuai agama saya, Bu?
Insyaallah bila di Bali, karena daerah wisata, orang-orangnya terbiasa dengan perbedaan. Mereka akan menjawab jujur, “Bukan, Mas. Di sini makanan biasa.” Atau kalau memang halal, dengan bangga dia akan menjawab, “Saya juga muslim, kok, Mbak. Tenang, di sini halal semua.”
Bagaimana untuk kasus mancanegara? Sama saja, carilah sesama muslim. Namun, penampilan Arab bukan jaminan seseorang beragama Islam, Sohib Solutif. Atau kalaupun muslim, belum tentu dia taat dan peduli halal-haram. Jadi, tanyakan dulu.
Kuncinya: Komunikasi dan Sopan Santun
Ingat, kita berada di perantauan. Harus menghormati budaya lokal. Jangan sampai ngelunjak, “Makanan halalnya di mana? Tidak ada? Menu halal sekarang sedang jadi tren dunia, lho. Di Jepang dan Korea saja sudah banyak restoran halal. Kok di sini masih tidak ada? Primitif sekali!” Wah, ini namanya cari perkara!Setelah diberi tahu bahwa di sini makanannya halal, dan memang tidak ada yang mencurigakan, sudahlah, makan saja. Jangan malah menginterogasi orangnya dengan detail kriteria-kriteria makanan halal. Ikhtiar kita cukupkan sampai sana, setelah itu kita berlepas diri. Jangan terlalu banyak bertanya, karena bisa menyinggung sang pemilik atau tuan rumah.
“Apabila salah seorang di antaramu masuk ke rumah seorang muslim lalu dia menghidangkan makanan, maka makanlah dan jangan tanyakan dari mana makanan tersebut berasal.” (HR. Ahmad, dihasankan oleh Arnauth)Wallahu a’lam bish-shawabi.
Begitulah alternatif cara-cara untuk memperoleh makanan halal di wilayah nonmuslim, Sohib Solutif. Semoga sedikit-banyak membantu bagi Anda yang ingin berekreasi atau menetap di daerah-daerah dengan penduduk muslim minoritas.
Ada alternatif lain yang lebih gampang, sebenarnya. Yaitu pilihlah wilayah muslim sebagai destinasi wisata. Jangan salah, banyak juga tempat indah dan profesional yang masyarakat sekitarnya dominan beragama Islam, baik di Indonesia maupun di mancanegara. Beberapa bisa Anda temukan di laman wisata halal blog kami.
- Penulis: Brahmanto Abu Hanifa