Saya memiliki 23 saudara kandung. Kalau dipikir dengan logika orang sekarang, mustahil ayah saya bisa menghidupi dan menyekolahkan anak sebanyak itu. Apalagi beliau hanya seorang buruh tani dan nelayan. Dan istrinya bukanlah wanita karier. Ibu saya sepenuhnya mendedikasikan hidupnya untuk mengatur rumah tangga.
Tetapi saya ingat betul, tidak pernah sekalipun ayah pernah mengeluh soal rezeki. Semua takdir dan kerasnya hidup beliau jalani dengan ikhlas, berbekal keyakinan bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan setiap makhluk-Nya.
Dan terbukti, sekolah kami, bahkan kuliah kami, bisa selesai semua dengan biaya dari Ayah. Alhamdulillah. Anda mungkin bertanya, bagaimana mungkin?
Biar saya bocorkan rahasianya kepada Anda di sini. Anda tahu, ayah saya hampir selalu salat berjamaah di sepanjang hidupnya. Beliau akan buru-buru datang ke masjid begitu mendengar kumandang azan. Tepat waktu!
Di masjid, beliau salat tahiyatul masjid, lalu berdoa, dan berdzikir. Terutama sebelum salat berjamaan dimulai.
Hanya itu sesuatu yang menonjol dari ayah saya, sepengetahuan saya. Lain dari itu, beliau adalah manusia biasa. Bekerja, bersenda gurau, dan terkadang marah-marah juga.
Kuat dugaan saya, salat berjamaah dan zikir di masjid itulah yang membuat rezeki mengalir dengan cukup. Tanpa pernah kekurangan. Tetapi juga tidak sampai terlihat bermewah-mewah. Pas!
Anda bisa mencoba sendiri amalan ini. Insyaallah, kita semua akan dilapangkan rezekinya. Amin.
Tapi perlu saya ingatkan juga, tidak ada hasil yang instan. Kita tidak bisa salat berjamaah dan zikir 4-5 kali di masjid dan berharap langsung mendapatkan rezekinya. Perlu konsistensi. Perlu keikhlasan dalam ber-istiqamah.
Nanti, ketika Allah melihat bahwa kita bersungguh-sungguh dan merasa cobaan-Nya sudah cukup, derajat dan rezeki kita akan dinaikkan. Insyaallah.
- Sebagaimana dituturkan oleh seorang Khatib Jumat Masjid Al-Muawanah (afwan, namanya belum sempat tercatat)
- Foto: Brahmanto Abu Hanifa