Sohib Solutif, kita semua tahu, definisi rezeki bukan uang. Rezeki bisa hadir dalam berbagai bentuk. Contohnya, kesehatan, kemudahan untuk suatu urusan, keluarga yang menyenangkan, rumah yang jarang sekali terkena musibah, anak berprestasi, dan sebagainya.
Di kantor, bos kita barangkali tidak melihat bagaimana kerasnya kita bekerja selama ini. Mata bos kita mungkin akan tertutup oleh pegawai lain yang lebih cantik, lebih pandai menjilat dan melakukan pencitraan.
Tak apalah. Jangan kecewa. Jangan sakit hati. Karena Sang Maha Bos pasti lebih bijak dari atasan Anda saat ini. Tuhan pasti tahu apa yang dilakukan setiap makhluk-Nya.
Kalau kita bergaji 4 juta per bulan, umpamanya, tetapi bekerjanya tekun seperti orang bergaji 8 juta, mungkin pendapatan kita tetap 4 juta. Namun Allahlah yang akan membayar “pekerjaan ekstra” kita dengan rezeki berupa kesehatan, keluarga yang membahagiakan, atau lainnya.
Sebaliknya, bila gaji kita 4 juta tetapi bekerjanya seperti pegawai bergaji 2 juta saja, Tuhan pulalah yang akan menuntut kekurangan kerja kita. Misalnya, kita akan diberi sakit berkali-kali, utang bertumpuk, ban motor yang rasanya sering sekali bocor, atau lainnya.
Adil, bukan?
Maka, mulai sekarang, mari bekerja penuh keikhlasan untuk hasil terbaik, tak peduli penghargaan dari atasan mungkin belum sesuai harapan. Niatkan saja semua untuk beribadah. Berjihad menghidupi keluarga. Tuhan tak mungkin salah takaran dalam mengirimkan rezeki.
Bagaimana kalau atasan begitu zalimnya memeras keringat kita sebagai pegawai? Sudah begitu, gaji minim sekali?
Pilihannya dua. Pertama, ikhlas terus bekerja agar tetap berkah dan sisanya serahkan Tuhan. Atau, mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain atau membuka usaha sendiri.
Sesederhana itu. Tak perlu khawatir berlebihan, karena Sang Bos Tertinggi pasti sedang melihat.
Sekali lagi, gaji itu bukan rezeki. Gaji hanyalah bagian dari rezeki. Anda berhenti jadi orang gajian pun, asal terus berusaha, jumlah rezeki Anda takkan berkurang! Hanya, mungkin terjadi pertukaran-pertukaran bentuk rezeki. Itu pun, kalau jeli, kita akan senyum-senyum sendiri penuh kesyukuran.
Contohnya, biasanya setiap tanggal 1 Anda mendapat transferan 4 juta dari bos, sekarang hanya 2 juta. Sedih? Jangan. Periksalah, jangan-jangan ada rezeki berbentuk lain yang belum kita sadari.
Misalnya, tiba-tiba kesehatan orang tua membaik, sehingga kita tidak perlu lagi membeli obat-obatan mahal. Di satu sisi, pengeluaran bensin kita berkurang drastis. Di satu sisi, anak jadi semakin dekat dengan kita, setelah sebelumnya hubungan sempat renggang karena kita jarang ada waktu untuknya.
Tuhan Mahakreatif dalam memberikan rezeki setiap makhluk dengan porsi yang tidak berkurang sama sekali. Lalu seiring bertambahnya ikhtiar kita, entah secara kuantitatif (kerja semakin keras) atau kualitatif (kerja semakin cerdas), porsi rezeki itu akan meningkat.
Jangan menertawakan kalau ada orang mengatakan, “Rezeki sudah ada yang mengatur.” Sebab, rezeki memang sudah ada yang mengatur. Sang Maha Pengatur Rezeki ini tidak mungkin kebingungan saat Anda berpindah status dari karyawan yang gajinya tetap ke pengusaha anyaran yang penghasilannya naik-turun.
Mustahil Dia kebingungan! Rezeki itu pasti akan pas dan tepat waktu sampai ke tangan Anda dan keluarga Anda. Percaya?
- Penulis: Brahmanto Abu Hanifa