Ada kalanya, anak-anak mogok sekolah. Dan di tingkatan tertentu, bisa jadi si anak benar-benar menolak ke sekolah lagi. Subhanallah… Jika Sohib Solutif mengalami hal ini, jangan panik. Ajak bicara baik-baik buah hati ketika mood-nya sedang bagus. Temukan win-win solution agar dia kembali bersemangat dalam studinya.
Namun, bila tidak kunjung ditemukan titik temu, apa boleh buat. Mungkin Anda perlu memikirkan alternatif pendidikan baginya. Tetap tenang. Ingat, tidak bersekolah formal bukan akhir dunia. Anda bisa, misalnya, menggunakan metode sekolah rumahan (homeschooling).
Jangan takut, Sohib Solutif. Bahkan Nabi Muhammad, junjungan kita, tidak pernah mengenyam pendidikan formal, dan tidak bisa membaca-menulis. Beliau sampai gelagapan ketika Jibril memerintah: Iqra'! Bacalah, Muhammad!
Namun akhirnya, beliau sukses juga. Bukan hanya sebagai pendakwah, melainkan juga sebagai pebisnis, pemimpin negara, dan panglima militer. Dunia pun mengakui kiprah dan prestasi seorang ummi (buta huruf) dari Arab ini.
Bukannya bermaksud mengatakan anak tidak perlu sekolah. Hanya, sekolah itu sendiri ada banyak alternatifnya. Yang terpenting adalah kegigihan si anak di satu bidang (yang kalau bisa prospektif) dan semangatnya untuk selalu menjadi pembelajar.
Selain Rasulullah, tidak kurang jumlah “orang biasa” yang sukses luar biasa meski tanpa pendidikan formal yang tinggi. Jangankan di luar negeri, di Indonesia saja banyak. Sekadar menyebut beberapa contoh:
- H.M. Soeharto. Walaupun hanya mengenyam pendidikan setara SMP, anak miskin ini berhasil menjadi jenderal bintang lima ketika dewasa. Juga menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Terlepas dari sisi kelam hidupnya selama berkuasa, tentu ini prestasi yang sulit dipercaya untuk ukuran seseorang yang berpendidikan rendah.
- Adam Malik. Percaya atau tidak, eks menteri luar negeri di pemerintahan Soeharto ini tidak mempunyai ijazah sarjana. Dia sebenarnya sempat mengenyam pendidikan di Bukittinggi, tetapi kemudian merotol karena harus mudik untuk membantu orang tuanya.
- Emha Ainun Najib. Tokoh intelektual Islam ini di-DO dari UGM ketika baru semester 1. Untungnya, dia mau terus mengasah diri untuk mempelajari sastra secara otodidak. Bukan kepada dosen. Tetapi langsung ke para praktisi sastra dan seni. Hasilnya, jadilah sosok Emha yang memiliki ratusan karya dan penghargaan, baik nasional maupun internasional.
- Bob Sadino. Meskipun anak orang kaya, pria yang ke mana-mana suka mengenakan celana pendek ini menolak untuk kuliah. Ketika muda, dia sempat bekerja di Belanda selama sembilan tahun. Setelah itu, Bob kembali ke Indonesia dan memulai bisnisnya sendiri. Hingga akhirnya kaya raya dari hasil keringatnya sendiri.
- Ajip Rosidi. Sastrawan Sunda ini tidak tamat SMA, tetapi kini dipercaya menjadi dosen di perguruan tinggi di Indonesia dan Jepang. Pada 31 Januari 2011, ia juga menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
- Andrie Wongso. Pengusaha sekaligus motivator sukses ini bahkan SD saja tidak lulus, karena sekolah tempatnya belajar ditutup. Dia terlahir dari keluarga pas-pasan, sehingga harus membantu keluarganya untuk berjualan kue di pasar dan toko-toko. Sekarang? Siapkan puluhan juta rupiah kalau ingin mengundangnya sebagai pembicara seminar singkat.
Jadi, kalau memang si anak merasa tidak cocok dengan sistem sekolah umum, cobalah merayunya sambil mencari solusi. Namun bila memang tidak ada jalan lain, jangan berputus asa. Kita sama-sama lihat contoh-contoh orang sukses di atas. Sukses dunia tidak ditentukan oleh ijazah. Apalagi sukses akhirat.
- Penulis: Karina